Jumat, 11 Oktober 2019

Cerpen


Mereka yang akan tetap ada


Ketika sang mentari kembali ke peraduannya dan meninggalkan cahaya orange yang indah, saat itu pula Anna menyambut suka cita akan datangnya malam.

Bagi Anna, bintang-bintang adalah satu dari sekian banyak keindahan saat redupnya dunia untuk sementara waktu. ‘Malam bukan waktu yang tepat untuk istirahat’, pikir Anna dalam lingkup imajinya. Saatnya bagi Anna untuk pergi ke ‘ruang pribadinya’, yang sebenarnya pun bisa di akses oleh anggota keluarganya yang lain. Tempat favorit Anna untuk bermesraan dengan bintang-bintang.

“aku selalu mendapatkan diriku begitu sibuk pada malam hari. Seakan semua hal yang ada di pikiranku meletup-letup dan ingin segera dibebaskan.” Ucapnya kepada penduduk langit.

“baiklah. Apa yang akan kita bicarakan malam ini?” Tanya Anna. Ia tahu persis bahwa penduduk langit takkan mampu menjawab pertanyaannya apalagi membantunya untuk membebaskan narasi-narasi singkat nan rumit di dalam kepalanya yang mungil. Tetapi ia tetap bertanya.

“kau tau? Hari ini aku belajar tentang matahari. Bagaimana ia menjadi hal terpenting dalam kehidupan alam semesta. Cahayanya yang bermanfaat bagi tumbuhan, ikan-ikan di laut, dan juga bayi-bayi yang memerlukan vitamin untuk tulang-tulang imut mereka. Tapi aku tidak yakin apakah ikan-ikan benar-benar membutuhkan sinar matahari?”. Anna terlalu sibuk dalam samudera gagasannya sendiri, ditemani dengan buku catatan kecil dan pena kesayangannya, ia berbincang hangat dengan rembulan dan bintang-bintang di angkasa.

“kalian begitu indah, dan aku sangat mengagumi itu.” Anna takjub dengan apa yang ia lihat dari kacamatanya sendiri.

“Bagaimana mungkin kebanyakan orang melewatkan begitu saja semua ini? Keheningan yang menenangkan, udara yang dingin dan cantiknya pemandangan langit malam.” Pikirnya keheranan.

“Semua penduduk bumi memiliki ketergantungan pada matahari, akupun juga. Tapi, apa mereka mengabaikan kebaikan kalian begitu saja? Jika bumi kehilangan bulan, maka tidak akan ada pasang dan surut air laut dan itu sama sekali bukan hal yang baik. Dan para ilmuwan mengatakan bumi memiliki potensi gempa bumi dan gunung meletus lebih besar jika kehilangan cahaya bulan.”

Anna tenggelam dalam diskusi ringan dengan teman-teman gelapnya, ia terus memikirkan hal apa saja yang mungkin dapat terjadi pada alam semesta jika kehilangan bulan. Anna adalah gadis kecil yang kritis dan memiliki rasa ingin tahu akan segala hal yang begitu besar. Membuatnya lebih suka berdiam di rumah dan mencari jawaban tentang banyak hal setelah ia pulang sekolah. Orangtuanya yang sibuk, selalu memberikan Anna buku bacaan dan meninggalkan gagasan-gagasan kompleks dalam dirinya. Tapi sayangnya, Anna tak memiliki siapapun untuk bercerita. Sampai akhirnya ia menemukan ruang pribadi terbukanya.

“aku membaca bahwa poros bumi akan bergeser jika kami tidak memiliki bulan. Memang kedengarannya tidak begitu menakutkan, tapi jika terjadi pergeseran poros bumi maka akan terjadi perubahan iklim yang sangat drastis di semua wilayah bumi. Dan bagaimana mereka bisa semudah itu mengabaikan keberadaanmu tanpa rasa syukur?”. Geram Anna entah pada siapa.

“kau begitu penting bagi kami. Kedudukanmu memiliki arti yang sama pentingnya dengan matahari. Walaupun bulan tidak memiliki cahayanya sendiri, tapi bumi akan hancur jika kehilanganmu. Terima kasih kalian selalu berada di sana, bahkan disaat kebanyakan dari kami tidak sungguh-sungguh menatapmu.” Ucap Anna dengan penuh syukur. Ujung-ujung bibir mungilnya melengkung saat menatap ke langit, mengagumi kebesaran dan keberagaman ciptaan Tuhan di alam semesta ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar